Padang Panjang menjadi saksi pertemuan bersejarah antara Pengurus Pusat Asosiasi Prodi Pendidikan Keagamaan Islam (APPKI) dengan Perguruan Diniyah Putri,, lembaga pendidikan perempuan tertua di Indonesia yang didirikan oleh Ibunda Rahmah El Yunussiyah.
Kunjungan ini bukan sekadar silaturahmi akademik, tetapi juga ziarah nilai — menelusuri warisan pemikiran seorang perempuan pelopor yang memadukan Islam, ilmu, dan kemanusiaan dalam satu tarikan napas perjuangan.
Rombongan APPKI diterima hangat oleh Ustadz Fauzi Fauzan dan Ustadzah Ervini selaku perwakilan pimpinan perguruan. Dalam dialog yang penuh makna, para pengurus APPKI mendapat banyak pelajaran tentang bagaimana Rahmah El Yunussiyah merancang sistem pendidikan Islam yang berlandaskan rahmah (kasih sayang) dan kesetaraan.
Ia menolak sistem pendidikan yang membatasi perempuan, dan justru membuka jalan bagi mereka untuk belajar agama, sains, dan teknologi — untuk menjadi pemimpin bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.
Sekolah ini menjadi model kurikulum berbasis cinta — Pendidikan tanpa sanksi, tanpa paksaan. Setiap santri dididik melalui pendekatan kesadaran diri dan keteladanan. Nilai-nilai rahmah ini menjadi refleksi penting bagi APPKI dalam memperkuat arah kurikulum prodi PAI di perguruan tinggi umum: bahwa pendidikan Islam sejati adalah yang menumbuhkan manusia, bukan menakut-nakuti; yang membebaskan, bukan membatasi.
Dalam kesempatan itu, Mushlihin, MA., salah satu pengurus APPKI sekaligus dosen PAI UNJ, turut mengajar satu kelas bahasa Inggris di hadapan para santri. Ia mendorong mereka untuk berpikir global dan berjiwa besar, seperti Rahmah El Yunussiyah yang memadukan religiusitas dengan visi kemajuan.
Rombongan APPKI juga mengunjungi museum perjuangan, asrama santri, makam pendiri, dan ruang belajar, menyaksikan langsung bagaimana nilai cinta, disiplin, dan kemandirian hidup berdampingan secara harmonis di lingkungan pendidikan ini.
Kunjungan ini meneguhkan komitmen APPKI untuk terus memperjuangkan pendidikan Islam yang inklusif, humanis, dan berkeadilan gender. Dari Padang Panjang, pesan Rahmah kembali menggema: bahwa perempuan harus diberi ruang untuk menjadi dirinya, menjadi ibu bagi anak-anaknya, menjadi kekasih bagi suaminya, dan tetap mampu berkarya untuk umat dan bangsa